Sebagai mitra ibu kota yang memiliki jumlah penduduk cukup besar, Kota Bekasi menjadi kota yang sibuk, penuh dinamika serta mobilitas tinggi. Hal ini rentan memicu timbulnya berbagai permasalahan sosial, termasuk masalah kesehatan, salah satunya HIV.

Berdasarkan data Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, sejak tahun 2005 hingga Januari 2025, jumlah warga terjangkit HIV dilaporkan mencapai 3.977 jiwa. Jumlah tersebut mencakup warga dari Kota Bekasi dan luar daerah.

Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe mengatakan pihaknya telah mengupayakan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dalam program HIV. Antara lain 50 Puskesmas layanan konseling test HIV dan IMS, 48 RS layanan konseling test HIV dan IMS.

Kemudian 27 layanan PDP HIV (di 5 RSUD pemerintah, 15 Puskesmas, dan 6 RS swasta dan 1 klinik), 14 layanan layanan pencegahan HIV atau prep HIV (di 6 Puskesmas, 5 RSUD pemerintah, 2 RS swasta dan 1 klinik) serta 5 layanan pemeriksaan viral load HIV.

Wakil Wali Kota Bekasi, Abdul Harris Bobihoe meresmikan Poli Zinnia, layanan PDIP program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di RS Primaya Bekasi Timur, Selasa (11/3/2025).

Dan hari ini, Pemkot Bekasi kembali meresmikan Poli Zinnia, layanan PDP Program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di RS Primaya Bekasi Timur. Peresmian turut dihadiri Plt Kadinkes Inayatullah, Camat Bekasi Timur Fitri Widyati, Lurah Margahayu, Direktur RS Primaya Bekasi Timur dr Meizar dan Komunitas Female Plus.

“Layanan ini bisa membantu pemerintah daerah dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat, yang mengidap penyakit HIV/AIDS,” kata Bobihoe, Selasa (11/3/2025).

Ia berharap layanan untuk perawatan dukungan dan pengobatan program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS ini bisa ditiru oleh rumah sakit lainnya, agar masyarakat lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya di sektor pemeriksaan perawatan dan pengobatan untuk HIV/AIDS.

“Dalam mewujudkan eliminasi HIV pada Tahun 2030, diperlukan perluasan layanan perawatan dukungan pengobatan (PDP) HIV,” tandas Bobihoe.