Bekasiraya.id – Masalah banjir berulang yang melanda Perumahan The Arthera Hill Ekstension di Desa Jayasampurna, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, memicu respons dari Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait.

Ia meminta warga terdampak untuk melaporkan secara resmi melalui kanal pengaduan BENAR-PKP agar pemerintah dapat segera turun tangan. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke kawasan apartemen Meikarta di Cikarang Selatan.

“Coba laporkan saja,” kata Ara, dilansir Antara, Kamis, 24 Juli 2025.

Menurutnya, pengaduan dapat disampaikan melalui kanal resmi BENAR-PKP yang disediakan oleh Kementerian PKP. Setelah aduan diterima, dirinya akan memerintahkan jajaran teknis untuk menindaklanjuti.

“Nanti akan saya perintahkan Pak Dirjen untuk meninjau,” ucapnya.

Terpisah, Ketua Paguyuban Warga The Arthera Hill Ekstension Gervirio Ezra Lolowang menyambut baik perhatian Menteri PKP. Ia menyatakan kesiapan untuk segera mengajukan laporan resmi.

“Saya bersyukur kalau ada perhatian dari Pak Menteri. Tujuan kami supaya masalah banjir bisa teratasi. Dan kami akan bersurat ketika ada arahan Pak Menteri,” katanya.

Pihaknya juga telah menyampaikan aspirasi terkait permasalahan banjir tersebut kepada Komisi III DPRD Kabupaten Bekasi. Pertemuan awal itu hanya berlangsung satu jam dan sebatas menyampaikan aspirasi.

“Nanti infonya kami akan diundang kembali oleh Komisi III. Jadi agenda lanjutan rapat dengar pendapat di mana dihadiri owner pengembang dan para dinas terkait,” katanya.

Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bekasi Syaiful Islam membenarkan bahwa pertemuan awal dengan warga Perumahan The Arthera Hill Ekstension masih dalam tahap penjaringan informasi.

“Kami baru sebatas mendengarkan. Akan diagendakan untuk RDP (rapat dengar pendapat) yang akan dihadiri para dinas terkait, warga dan pengembang yang memang harus dihadiri pemimpin perusahaan supaya ada kebijakan pasti terkait masalah banjir,” katanya.

Perumahan The Arthera Hill Ekstension menjadi sorotan setelah diterjang banjir sebanyak enam kali dalam kurun waktu satu tahun sejak dibangun pertengahan tahun 2024. Banjir dengan ketinggian mencapai tiga meter memaksa sebagian besar warga meninggalkan rumah karena tidak mampu menanggung dampak.

Salah seorang warga terdampak Adam mengungkapkan bahwa kerugian akibat banjir tidak hanya berupa materi tetapi juga dampak psikologis pada keluarganya. “Kalau materi masih mungkin ada jalan lagi, tapi kalau masalah mental anak itu berat, itu nggak ada harganya,” katanya.

Hingga kini warga masih menunggu tindakan nyata pihak pengembang untuk merealisasikan tuntutan mereka. Warga meminta relokasi unit, pembelian kembali rumah oleh pengembang atau buy back maupun penanganan permanen berupa pemasangan sheet pile beton di bantaran Kali Cikarang sebagai solusi jangka panjang.

Bekasiraya
Editor