Bekasiraya.id – Kualitas udara Jakarta kembali menjadi sorotan setelah menempati posisi kelima sebagai kota dengan udara paling tercemar di dunia, Senin (21/7/2025) pagi, berdasarkan data pemantauan IQAir.
Pada pukul 06.20 WIB, indeks kualitas udara (AQI) Ibu Kota tercatat di angka 138, yang dikategorikan sebagai tidak sehat. Konsentrasi partikel halus (PM2.5) menjadi indikator utama dalam penilaian ini.
“Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Kinshasa, Kongo dengan indeks kualitas udara di angka 192,” tulis IQAir, melansir Antara.
Fenomena buruknya kualitas udara ini tak lagi bisa dianggap semata sebagai persoalan lokal. Pemprov DKI melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengakui bahwa polusi udara di Jakarta juga diperparah oleh kontribusi wilayah sekitar yang tergabung dalam kawasan aglomerasi Jabodetabekjur.
Kepala DLH Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan bahwa upaya perbaikan tak bisa hanya mengandalkan kebijakan internal Jakarta.
“Sumber pencemar udara Jakarta dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan faktor meteorologi, seperti angin, suhu, serta cuaca. Oleh karena itu, kerja sama lintas wilayah menjadi sangat penting,” kata Asep dalam keterangannya, Selasa 15 Juli 2025.
Dari hasil inventarisasi emisi yang dilakukan DLH, dua sektor utama penyumbang polusi adalah transportasi dan industri. Asep menyebut pihaknya tengah memfokuskan pengendalian terhadap kedua sumber pencemar ini.
“Langkah-langkah strategis yang telah kami lakukan, antara lain mendorong penggunaan transportasi umum massal, mewajibkan uji emisi kendaraan bermotor disertai penegakan hukum terutama untuk kendaraan berat, hingga pengawasan ketat terhadap industri seperti melakukan pengukuran emisi menerus pada industri yang berpotensi melakukan pencemaran,” ungkap dia.
DLH Jakarta juga meluncurkan berbagai program pendukung seperti perluasan area hijau, larangan pembakaran sampah, dan rencana pengembangan Kawasan Rendah Emisi Terpadu (KRE-T).
Asep menilai perubahan perilaku warga turut memegang peranan penting dalam jangka panjang. Gaya hidup rendah emisi seperti berjalan kaki, bersepeda, atau memanfaatkan transportasi publik menjadi target penguatan edukasi.
Tak hanya itu, kerja sama dengan pemerintah daerah di sekitar Jakarta disebut sebagai keharusan strategis demi menekan polusi lintas wilayah.
“Kami mendorong Pemda di sekitar Jakarta untuk lebih ketat mengawasi industri di wilayah mereka, agar tidak mencemari udara yang kemudian terbawa ke Jakarta. Koordinasi intensif dengan Pemda sekitar akan terus kami lakukan. Kami akan bahas bersama sumber pencemar dan menyusun aksi bersama untuk pengendaliannya,” tandas Asep.
Tinggalkan Balasan