Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey optimis bisnis ritel mampu bertahan di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menerpa sektor-sektor lain.

Menurutnya, sebagai penyangga ekonomi, bisnis ritel masih akan bertumbuh hingga akhir tahun 2024. Selain itu, sektor ini bukanlah industri padat karya yang rentan terhadap berbagai tantangan ekonomi.

“Dalam berbagai kesempatan kita sampaikan, bahwa perlu dijaga juga sektor-sektor penyangga ekonomi seperti kami ini, sektor ritel ini penyangga ekonomi,” ujar Roy, dikutip Jumat, (15/11/2024).

Roy menjelaskan, penutupan sejumlah usaha ritel tak serta merta dikarenakan perusahaannya pailit. Namun hal ini biasanya terjadi lantaran adanya relokasi atau mengganti model bisnis.

Ia mengakui banyak bisnis ritel yang terpaksa tutup pada saat pandemi Covid-19. Namun setelah itu, banyak ritel yang melakukan efisiensi dengan mengubah format bisnis.

“Setelah masa pandemi itu rata-rata kita berusaha untuk efisiensi atau kita relokasi, atau kita bekerja sama dengan suplier untuk rebranding. Jadi langkah-langkah yang sifatnya untuk bertahan,” ungkapnya.

Meski begitu, Roy berharap bisnis ritel mendapatkan subsidi upah, subsidi suku bunga maupun subsidi pajak fiskal untuk bisa mendorong daya beli masyarakat, sehingga industri ini bisa terus tumbuh.

Pihaknya juga menggantungkan proyeksi industri ritel pada 2025, kepada kinerja kabinet baru, di mana pemerintah mulai menghidupkan kembali program-program lama dan juga makan bergizi gratis.

“Pemerintahan baru sekarang kan sudah mulai kan menggerakkan sektor ekonomi, menggerakkan lagi BLT yang diteruskan, bahkan nanti mau ada program makan bergizi gratis itu, itu kan bisa menarik pekerja dan menambah penghasilan,” tandas Roy.

Bisnis ritel dan restoran cepat saji disebut-sebut mulai terancam melakukan PHK besar-besaran, menyusul industri tekstil yang sudah lebih dulu terdampak akibat menurunnya permintaan pasar.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), hingga 28 Oktober 2024, sebanyak 59.796 orang telah terdampak PHK. Konsentrasi terbesar di DKI Jakarta yang mencapai 14.501 orang, diikuti Jawa Tengah dengan 11.252 orang dan Banten 10.524 orang.

Terbaru, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), perusahaan nasional pemegang waralaba KFC di Indonesia, mengumumkan penutupan 47 gerai, yang berimbas terhadap efisiensi karyawan sebanyak 2.274 orang. Laporan keuangan mencatat, per 30 September 2024 ada sebanyak 13.715 karyawan, dari 15.989 karyawan pada 31 Desember 2023.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebut ada beberapa faktor yang mendorong PHK massal, yaitu pelemahan daya beli masyarakat dan juga gerakan boikot.

“Jadi kalau daya beli turun, ini terimbas pada produk-produk industri yang dibeli semakin sedikit,” kata Tauhid, dikutip Rabu, 13 November 2024.