Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto mengatakan banjir kali ini merupakan peristiwa terbesar yang tercatat dalam beberapa tahun terakhir. Intensitas hujan mencapai 1.100 liter per detik, jauh lebih besar dibandingkan banjir pada 2020 yang hanya mencapai 600 liter per detik.
Ia menyebut penyalahgunaan tata guna lahan di wilayah Puncak, menjadi salah satu faktor utama penyebab banjir, sehingga menjadi pembelajaran penting bagi setiap daerah untuk mematuhi aturan.
“Serta pentingnya penanganan masalah air laut yang dapat masuk ke Kali Bekasi saat hujan pasang. Selain itu, masalah belum selesainya pembangunan tanggul di sejumlah titik juga turut memperburuk kondisi,” paparnya.
Tri menyampaikan, saat ini Kota Bekasi memasuki tahap pemulihan, dengan fokus pada pembersihan sedimentasi lumpur dan puing-puing yang masih menempel di rumah-rumah warga.
Pemkot juga akan mengerahkan aparatur lebih banyak lagi di berbagai titik untuk membantu warga terdampak banjir pada akhir pekan ini.
Sebagai langkah jangka panjang, para camat diinstruksikan untuk memetakan masalah yang belum terselesaikan, seperti pembebasan lahan untuk mendukung kelanjutan pembangunan tanggul Kali Bekasi.
“Camat untuk mendata dan mencatat lahan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan tanggul. Selain itu juga kita lihat anggaran untuk pembebasannya,” ujar Tri.
Selain mendayagunakan peralatan yang dimiliki, baik dari DBMDDA, Disdamkarmat dan DLH untuk membantu warga membersihkan lumpur, Pemkot Bekasi juga mendapatkan bantuan alat dari BNPB dan Pemprov DKI serta berbagai pihak.
Untuk memaksimalkan penanganan, Pemkot Bekasi menetapkan status tanggap darurat bencana melalui Keputusan Walikota Bekasi No. 400.9.10/Kep.135-BPBD/III/2025. Penetapan ini berlaku mulai dari tanggal 4-18 Maret 2025.
Berdasarkan laporan per 7 Maret 2025, tercatat 28.152 Kepala Keluarga (KK) dengan total 86.437 jiwa terdampak bencana. Jumlah tersebut masih bersifat sementara karena proses pendataan masih berlanjut.
Berikut adalah rincian jumlah KK dan total jiwa yang terdampak di 8 kecamatan di Kota Bekasi:
– Kecamatan Rawalumbu: 5.215 KK / 10.378 jiwa
– Kecamatan Pondok Gede: 2.542 KK / 6.519 jiwa
– Kecamatan Bekasi Barat: 3.118 KK / 12.842 jiwa
– Kecamatan Bantargebang: 77 KK / 199 jiwa
– Kecamatan Bekasi Utara: 1.723 KK / 6.417 jiwa
– Kecamatan Bekasi Selatan: 1.488 KK / 12.115 jiwa
– Kecamatan Jatiasih: 5.229 KK / 16.733 jiwa
– Kecamatan Bekasi Timur: 8.760 KK / 21.234 jiwa
Berdasarkan data tersebut, Kecamatan Bekasi Timur dan Jatiasih menjadi wilayah yang memiliki jumlah terdampak paling signifikan.
Tinggalkan Balasan