Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kota Bekasi merilis sembilan nama yang diduga menjadi korban tewas akibat kebakaran di PT Jati Perkasa Nusantara, pada Jumat, 1 November 2024.
Seluruh korban merupakan karyawan pabrik yang sedang beraktivitas di lokasi kejadian. Nama-nama yang tercatat juga dilaporkan telah hilang kontak oleh pihak keluarga, sejak peristiwa kebakaran itu.
“Jadi data yang dirilis oleh menejemen memang ada 9 orang, tidak ada lagi. Bahkan keluarga dari 9 orang tersebut sudah menghubungi pihak menejemen,” kata Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan Disdamkarmat Kota Bekasi Namar Naris, Minggu (3/11/2024).
Berdasarkan data yang diperoleh manajemen pabrik, ada tujuh nama yang merupakan karyawan PT Jati Perkasa Nusantara, sedangkan dua lainnya karyawan PT Alvi Yana Jaya.
“Sembilan nama yang hilang kontak ialah Rahmat Hidayatullah, Jatmiko, Sumaryono, Rizky Adam, Daniel Sihombing, Wibi Winarno, Rahmat, Yana Suryana, dan Tuin Saputra,” paparnya.
Seluruh jenazah korban tewas telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi. Selain itu terdapat pula tiga korban luka bakar yang saat ini masih menjalani perawatan di RS Ananda Bekasi.
“Lalu tiga luka-luka ada Muhammad Irfan Rifai, Sopian, dan Wawan, masih dirawat intensif di Rumah Sakit (RS) Ananda Bekasi,” ujar Naris.
Sementara itu RS Polri Kramatjati telah mengambil sebanyak 23 sampel postmortem dari 11 kantong jenazah dan 1 wadah berisi potongan tubuh korban kebakaran PT Jati Perkasa Nusantara.
Sampel tersebut nantinya akan digunakan untuk mengindentifikasi jenazah sembilan korban tewas yang tidak bisa diidentifikasi secara visual.
“Kemudian kita ambil juga 12 sampel DNA pembanding antemortem dari sembilan keluarga yang melaporkan,” kata Kabid DVI Rodokpol Pusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol drg Ahmad Fauzi dalam konferensi pers, Sabtu, 2 November 2024.
Menurutnya, pemeriksaan DNA korban menjadi pilihan utama dalam proses identifikasi dikarenakan kondisi sembilan jenazah yang sudah tak bisa lagi dikenali secara kasat mata.
“Saya nggak bisa membuka secara detail, yang jelas kondisi korban saat ini tidak bisa kita lagi identifikasi secara visual. Dan kita membutuhkan metode-metode yang bersifat ilmiah, sehingga kita mengecilkan kemungkinan kesalahan,” jelas Faisal.
Tinggalkan Balasan