Ratusan warga berdemo di depan PT Siantar Top Tbk (STT) di Jalan Cipendawa Lama, Bojong Menteng, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 10 September 2024.

Aksi demo dipicu minimnya akses lapangan pekerjaan bagi warga sekitar dan kebijakan pengelolaan limbah. Massa menuntut produsen makanan ringan itu lebih mengutamakan kesejahteraan warga di lingkungan sekitar.

Massa yang terdiri dari warga sekitar, pengurus LPM, Karangtaruna dan beberapa ormas, sempat memblokade jalan dan membakar ban, hingga menyebabkan kendaraan tak bisa melintas. Demo sedianya digelar selama tiga hari berturut-turut (9-11 September 2024), apabila tidak ada titik temu.

Adapun tuntutan massa, yakni meminta pihak perusahaan berpihak pada lingkungan dalam pengelolaan limbah, menolak keberadaan salah satu LPK, dan menuntut pihak perusahaan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga Bojong Menteng untuk bekerja.

“Warga sekitar meminta agar perusahaan ini memprioritaskan kesejahteraan lingkungan, seperti membuka lapangan kerja untuk warga Bojong Menteng. Selain itu kami juga meminta agar pengelolaan limbah berpihak kepada warga sekitar,” kata koordinator aksi, M Husein.

Menurutnya, di hari pertama demo, Senin, 9 September 2024, massa telah berdiskusi dengan pihak perusahaan, namun belum membuahkan hasil. Karenanya massa kembali melakukan demo untuk menyuarakan tuntutan.

Sementara perwakilan manajemen STT, Tepu Sitepu menampik protes warga atas aksi demo tersebut. Ia mengklaim perusahaan sejauh ini selalu membuka komunikasi dengan lingkungan, termasuk menyediakan lapangan pekerjaan.

“Kita tidak pernah tutup diri. Seperti tenaga kerja, kita 80 persen asli orang sini, pasti kita utamakan orang Cipendawa,” akunya.

Terkait pengelolaan limbah, Tepu memastikan perusahaan telah bertindak sesuai prosedur. Untuk pengelolaan limbah kering, ia menyebut telah diserahkan kepada lingkungan sekitar.

Tepu berharap aksi demo bisa berakhir dengan baik. Pasalnya, selama berlangsungnya aksi massa, perusahaan cukup mengalir kerugian lantaran produksi menjadi terhambat. Banyak pula kendaraan logistik yang tertahan.