Ratusan kalangan menghadiri Global Smart Education (GSE) Conference 2024 yang digelar di Beijing, Tiongkok. Event yang membahas seputar pendidikan dan teknologi ini berlangsung sejak 18 hingga 24 Agustus 2024.

Tercatat ada 181 tamu domestik dan 88 tamu luar negeri, yang terdiri dari kalangan akademisi, pakar, cendekiawan, perwakilan organisasi internasional, pejabat pemerintah, kepala sekolah, guru, siswa, serta tamu perusahaan dan media.

Event bergengsi yang sudah dimulai sejak tahun 2020 ini diselenggarakan bersama oleh Beijing Normal University dan UNESCO Institute for Information Technologies in Education (UNESCO IITE).

GSE 2024 kali ini mengusung tema “Transformasi Pendidikan dan Pemahaman Internasional” dan menampilkan dialog tingkat tinggi, forum tematik, diskusi meja bundar mengenai kebijakan, teknologi, dan praktik pendidikan cerdas.

Masing-masing tamu undangan menyampaikan buah pemikirannya untuk berbagi perspektif mengenai peran transformatif kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan, khususnya dalam konteks mendorong inovasi dan kolaborasi antar Asia. dan Eropa.

Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran dan kolaborasi mendalam guna membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dalam pendidikan cerdas bagi seluruh umat manusia.

Forum ini mengeksplorasi implikasi mendalam AI terhadap praktik dan kebijakan pengajaran, menyoroti bagaimana teknologi baru dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil pendidikan melalui pemberdayaan guru.

Dra Supriatin, Kepala Sekolah SMKN 15 Kota Bekasi sekaligus owner SMK Global Teknologi menjadi salah satu tamu undangan yang berasal dari Indonesia. Ia merupakan salah satu panelis yang berpidato pada sesi “Smart Villages and Rural Education Transformation” (Desa Cerdas dan Transformasi Pendidikan Pedesaan).

“Pendidikan pedesaan sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan. Transformasi pendidikan pedesaan melalui inisiatif desa pintar dapat memberdayakan masyarakat dan membangun masa depan yang lebih cerah,” katanya dalam keterangannya, Sabtu 24 Agustus 2024.

Menurut Supriatin, terdapat tantangan dan peluang yang memengaruhi kesenjangan keterampilan di daerah pedesaan dalam mendapatkan pendidikan.

“Tantangan, di antaranya akses terbatas terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, kurangnya keterampilan yang relevan bagi tenaga kerja modern, dan terbatasnya kesempatan untuk kemajuan karir,” ujarnya.

Supriatin menjelaskan literasi digital dan keterampilan abad ke-21 mempersiapkan pemuda pedesaan untuk masa depan. Di antaranya memiliki literasi digital dasar, berpikir kritis dan problem solving, kolaborasi dan komunikasi, serta kemampuan beradaptasi dan inovatif.