Bekasiraya.id, Kota Bekasi – Bakal calon Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad atau M2, membahas soal pelestarian kebudayaan lokal saat menghadiri perayaan Tahun Baru Saka 1458 di Mustikasari, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin, 8 Juli 2024.
Menurutnya, keberadaan dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal merupakan bagian integral dari identitas yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta stakeholder terkait dinilai perlu mengupayakan langkah-langkah untuk membenahi pelestarian budaya warisan leluhur, utamanya dalam fasilitas.
“Saya yakin, sebagai Wali Kota Bekasi periode 2024-2029, ada banyak hal yang bisa kita perbaiki. Salah satunya adalah memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan fasos fasum, termasuk rumah ibadah bagi semua agama dan kepercayaan,” ujarnya.
M2 menyoroti ketersediaan fasos fasum di Kota Bekasi saat ini yang dianggap masih minim. Dari total 70 persen lahan yang digunakan untuk perumahan, M2 berkomitmen memastikan 40 persennya digunakan untuk fasom fasum.
“Saya juga memperjuangkan penggunaan fasos fasum untuk rumah ibadah,” ujarnya.
Ia pun mengajak masyarakat agar selalu mensyukuri keberagaman budaya warisan leluhur, salah satunya di Kota Bekasi. Hal ini termasuk dalam konsep Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan.
Sardi, salah satu tokoh masyarakat menuturkan masih banyak warga setempat yang memelihara nilai-nilai tradisional leluhur, bahkan mewariskannya secara turun temurun.
“Saya melihat masih banyak masyarakat di Kota Bekasi yang setia kepada ajaran-ajaran leluhur. Mereka menjaga tradisi ini dengan penuh kebanggaan dan rasa hormat,” ucapnya.
Menurutnya, perayaan Tahun Baru Saka menjadi momen spesial bagi berbagai kalangan, termasuk mereka yang menganut kepercayaan dan spiritualitas yang beragam. Momen ini juga dimanfaatkan untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga.
“Diharapkan perayaan ini dapat menginspirasi semangat kebersamaan dan toleransi di tengah keberagaman masyarakat Indonesia,” tandas Sardi.
Tinggalkan Balasan