Bekasiraya.id, Kota Bekasi – Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Salemba Raya Jakarta 1981, Nyimas Sakuntala Dewi, menyebut aroma persaingan bacalon Wali Kota Bekasi mulai tercium dari masing-masing pendukung.
Perempuan yang akrab disapa NSD itu mengatakan hal tersebut sah-sah saja, selama persaingan yang dibangun sehat, alias tidak mencari-cari keburukan calon lain.
“Satu sama lain memamerkan kekuatannya masing-masing. Sah-sah saja, selama tidak mencari cari keburukan masing-masing calon. Karena kalau cari kesempurnaan, tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang bersih bersih saja,” kata NSD usai menghadiri halal bihalal Ansor Kota Bekasi, Jumat, 3 Mei 2024 malam.
Menurutnya, Kota Bekasi saat ini kekurangan figur pemimpin yang kuat dan membumi. Namun saat mendengar nama Mochtar Mohamad ikut dalam penjaringan Pilkada Kota Bekasi, NSD langsung menyambut baik karena mengenal baik sosok eks Wali Kota Bekasi periode 2008-2012 itu.
“Kalau kita liat sosok figur M2 bagus dan baik-baik saja dengan siapapun. Beliau sosok yang humble. Tetapi langkah Pak M2 ini akan diganjal oleh kasus-kasus hukumnya yang akan digadang-gadang kembali oleh para pendukung kandidat yang lain,” paparnya.
NSD pun menegaskan jika kasus hukum yang menjerat M2, sudah selesai dijalankan. Karena itu M2 berhak untuk mencalonkan diri kembali dalam kontestasi politik manapun, seperti nyaleg DPR RI di Bogor yang sempat dilakoninya.
“M2 berhak untuk maju kembali mencalonkan. Jangan menjadi orang yang tidak mengerti hukum. Sedangkan M2 sudah menjalankan hukuman dan di mata hukum M2 sudah clear. Kan rakyat yang memilih, bukan yang menggaung-gaungkan kasus lama itu,” tandasnya.
Sementara Mochtar Mohamad atau M2 yang turut hadir dalam acara halal bihalal, sangat menikmati suasana kebersamaan dan harmonisasi bersama para kader Ansor Kota Bekasi. Ia sempat menceritakan tentang kedekatannya dengan para ketua Ansor terdahulu.
“Sedikit saya ceritakan Ketua Ansor Gus Ipul meresmikan pelantikan Haji Jamal menjadi ketua Ansor. Setelah itu diganti Yudistira pada 2009, setelah itu Bung Jupri dan Hasan. Ketiganya ini punya history kepada saya,” ujar M2.
“Yudistira adalah Pandawa Lima saya pada saat itu. Kami belajar bareng, Yudis dulu itu semasa kuliah dia buat majalah. Dahulu saya calonkan menjadi Anggota DPRD 2009 di Bekasi Timur. Hanya saja pakemnya bukan di politisi, tapi birokrat,” ungkapnya.
Sedikit membahas Pilkada Kota Bekasi, M2 menyebut partainya tak bisa mengusung calon wali kota sendiri karena tak memiliki cukup suara. Oleh karena itu, berbekal pengalaman menjalin komunikasi politik, M2 pun melakukan pertemuan dengan sejumlah elite partai.
“PDIP di Kota Bekasi ini 9 kursi, sampai saat ini belum ada partai berkoalisi. Ketika saya temui ketua partai-partai, (bertanya) kenapa belum ada koalisi ini PDIP di Kota Bekasi. (Dijawab) kalau Pak Mochtar yang maju, kita akan bentuk koalisi,” kata M2 menirukan ucapan sejumlah ketua partai di Kota Bekasi.
Karena banyaknya permintaan yang berasal dari parpol lain, ditambah para pendukung dan relawan, M2 akhirnya membulatkan tekad ikut dalam kontestasi politik di Kota Bekasi, setelah lebih dulu berdiskusi dengan sang istri.
Ia optimis dengan koalisi yang akan terjalin dengan PDI Perjuangan, seperti PKB, PPP hingga PKS. Meski begitu, M2 mengaku ada kendala tersendiri untuk unjuk diri kepada milenial yang kebanyakan belum mengenalnya.
“Untuk usia di atas 30 tahun saat ini pasti kenal saya, kecuali usia 30 ke bawah, benar tidak? Betul,” seloroh kader Ansor.
Ketua Ansor Kota Bekasi, Hasan Mochtar menambahkan, bahwa kedatangan M2 pada perhelatan halal bihalal, untuk menjalin silaturahmi sebagai bagian dari keluarga Ansor.
“Jadi, Pak Mochtar hadir di sini untuk silahturahmi karena beliau ini sebagian keluarga Ansor. Dari berdiri Ansor di Kota Bekasi, beliau sudah menjadi keluarga besar Ansor,” tandasnya.