Subang – Diseminasi inovasi teknologi IPB University sukses memberikan dampak positif bagi produksi pangan nasional.
Dalam panen raya padi di Kampung Inovasi IPB Subang, penerapan beragam inovasi dan teknologi IPB University telah berhasil menaikkan produksi padi hingga 32 persen pada 350 hektare sawah.
“Pada panen raya kali ini mampu menghasilkan peningkatan produktivitas dari 7,3 ton gabah kering panen (GKP) menjadi 9,72 ton GKP per hektare. Artinya, produktivitasnya meningkat 32,8 persen,” kata Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University, Suryo Wiyono, Kamis, 25 April 2024.
Ia menjelaskan, Kampung Inovasi IPB Subang berdampak meningkatkan harga jual gabah sebesar Rp 200 per kilogram karena diserap oleh Sari Bumi Nusantara (SBN), sebuah perusahaan penggilingan padi milik alumni IPB yang berada di lokasi setempat.
Selain itu, mekanisasi pertanian dan minimnya pemberian pestisida di area tersebut juga berdampak pada efisiensi biaya produksi, yang bisa mencapai 25 persen.
Menurutnya, pola Kampung Inovasi IPB Subang sangat mungkin untuk diperluas dan direplikasi untuk skala kabupaten, provinsi maupun nasional.
Sementara Wakil Rektor IPB University bidang Konektivitas Global, Kerjasama dan Alumni, Iskandar Siregar menyampaikan, program ini merupakan bukti nyata, bahwa IPB University tidak hanya fokus menghasilkan jurnal-jurnal ilmiah, tetapi juga aktif terjun ke lapangan untuk memberikan dampak di masyarakat.
Kampung Inovasi IPB Subang diinisiasi tahun 2021 antara Faperta IPB University, SBN, Himpunan Alumni (HA) IPB Subang, Pemerintah Desa Kiarasari dan dukungan Dinas Pertanian Subang. Perintis inovasi ini adalah (alm) Sugiyanta selaku Dekan Faperta IPB University periode 2020-2025 bersama tim Faperta dan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta).
Pada dua tahun pertama, yakni 2021-2022, program ini mendapatkan dukungan melalui program Matching Fund Kedaireka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI.
Dalam perkembangannya, Kampung Inovasi IPB Subang juga disupport dengan sejumlah infrastruktur berupa gudang, combine harvester, pompa, transplanter dan traktor. Fasilitas tersebut diberikan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) RI.
Tak hanya itu, saat musim tanam pertama (MT 1), Kampung Inovasi IPB Subang didukung dengan sarana produksi pertanian (saprodi), yakni pupuk, benih, biostimulan dan pestisida melalui Program Hara Berimbang. Untuk menjalankan Kampung Inovasi IPB Subang, IPB University juga bekerja sama dengan SMKN Compreng.
Suryo Wiyono menerangkan, secara substansi, Kampung Inovasi IPB Subang memiliki tiga komponen. Pertama, integrasi hulu hilir, pra tanam, on farm, panen, pascapanen dan pemasaran. Kedua, penerapan inovasi hulu hilir, dan ketiga, kawasan satu desa: 500 hektare.
Sejumlah inovasi yang sudah diterapkan antara lain persemaian dapok dan hidroponik, mekanisasi penanaman dengan transplanting, bioimunisasi tanaman untuk ketahanan terhadap hama penyakit tanaman (HPT), serta monitoring dan pengendalian hama, khususnya penggerek.
Di samping itu, Kampung Inovasi IPB Subang juga menerapkan teknologi trap barrier system (TBS) untuk pengendalian hama tikus, serta optimasi pemupukan dengan kombinasi pupuk organik dan NPK.
“Kami juga melakukan uji coba penyemprotan biofertilizer dan biopestisida dengan drone serta penerapan mekanisasi panen. Sementara untuk pascapanen, pengolahan dan pemasaran dilakukan di SBN,” tutur Suryo.
Di samping itu, terdapat beberapa inovasi yang masih dalam pengembangan. Antara lain teknologi digitasi petal, peta kesuburan 1 desa 1: 10.000 (satu satunya di Indonesia), pemantauan kesehatan tanaman dengan drone, peramalan HPT berbasis automatic weather station (AWS), dan penguatan kelembagaan.
Kampung Inovasi IPB Subang telah melibatkan 10 dosen lintas departemen dari Faperta, Fateta dan Fakultas Matematika serta Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Sebanyak 35 mahasiswa baik penelitian, magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) maupun praktik lapang, serta guru dan 77 siswa SMKN Compreng juga dilibatkan.