Bekasiraya.id, Jakarta – Sektor usaha di bidang wastra dan kriya berhasil mendapat respon positif masyarakat, bahkan hingga mancanegara.
Hal ini lah yang kini digenjot Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) melalui model bisnis agregasi untuk memberdayakan UMKM lokal.
Namun nyatanya tak semua pelaku UMKM tertarik dengan model bisnis yang ditawarkan KemenkopUKM.
Terutama pelaku UMKM yang berwirausaha sendiri, mayoritas dari mereka masih mengandalkan penjualan secara online.
Pasalnya, tak sedikit yang menyayangkan sikap pemerintah melarang TikTok Shop karena berimbas pada belasan juta rakyat Indonesia.
“Ayo dong pak. Buka TikTok Shop. Tanggung jawab dong 13 juta orang jadi pengangguran tuh,” kata @liliana_yuna** mengomentari postingan KemenkopUKM.
“Tolong UMKM Indonesia pak. Sedang dirampok Shopee,” ucap @unknownspeaker**.
Sejauh ini, ekosistem wastra dan kriya di Tanah Air dianggap cukup berhasil dalam memberdayakan UMKM lokal.
Karena itu Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mengajak seluruh pihak agar menjadikan momentum ini sebagai medium untuk mengelaborasi pengembangan kewirausahaan di sektor wastra dan kriya.
“Hal ini demi menciptakan peluang ekonomi baru sekaligus melestarikan warisan budaya kita yang begitu berharga,” kata Teten menggutip akun Instagram @kemenkopukm.
Dengan adanya model bisnis agregasi ini diharapkan Teten dapat memberikan sejumlah manfaat bagi pelaku UMKM.
Manfaat yang dimaksud meliputi, transfer pengetahuan, transfer teknologi, akses pembiayaan, dukungan pengelolaan usaha.
Selain itu akses pasar yang berdampak pada penciptaan nilai baru menghasilkan standarisasi kualitas produk, pola produksi terencana, peningkatan skala ekonomi, dan kepastian pasar.
“Mari kita bersama-sama melangkah lebih maju menuju masa depan yang lebih baik untuk sektor wastra dan kriya,” imbuh Teten.