MEGAPOLITAN.ID – Penghobi burung merpati terbilang masih cukup tinggi. Jenis merpati rumahan dan merpati kolong atau lomba termasuk yang paling banyak disukai.
Sesuai dengan namanya, perbedaan merpati kelas rumahan dan merpati kolong yang paling mencolok terletak pada perawatannya. Perawatan merpati lomba cenderung lebih tinggi dibandingkan merpati rumahan.
“Kalau untuk perawatan, merpati kolong jauh lebih mahal ongkosnya ketimbang kelas merpati rumahan,” kata Mangkus, pedagang merpati rumahan di pasar burung Rawalumbu, Kota Bekasi, saat ditemui, Sabtu (30/9/2023).
Menurutnya, biaya yang lebih mahal pada burung merpati kolong, terletak pada kandang dan asupan vitamin yang harus rutin diberikan.
“Merpati kolong kandangnya mesti bagus, rawatannya mesti rutin, obat-obatan vitamin dan jamu pun harus rutin diberikan dan selalu bersih,” ujar Mangkus.
Tingginya biaya perawatan harian, mengharuskan pecinta merpati kolong rela merogoh kocek lebih besar untuk membuat burung selalu prima.
“Multivitamin, rawatan hariannya, belum lagi rawatan macam-macamnya kalau merpati kelas lomba merpati kolong sangat mahal. Beli bahannya saja harus jutaan, belum lagi perawatannya,” paparnya.
Sedangkan merpati kelas rumahan, lanjutnya, lebih mudah merawat dan minim pengeluaran.
“Hanya mengeluarkan jagung tiap hari dan vitamin di cuaca tertentu, musim hujan, musim panas. Paling banyak keluar uang sebulan Rp 100 ribu,” ungkapnya.
Sedangkan untuk mengantisipasi agar burung tak terkena penyakit, cukup diberi dosivet di air minumnya seminggu dua kali agar burung tetap sehat.
Kondisi penjualan burung merpati kelas rumahan saat ini diakui Mangkus masih terbilang stabil. Dalam sehari ia bisa menjual hingga tiga pasang merpati rumahan.
Mayoritas pembeli burung merpati kelas rumahan, kata dia, berasal dari kalangan remaja di sekitar kota dan Kabupaten Bekasi.
Bahkan ada juga yang berasal dari luar Bekasi, seperti Cileungsi, Rawa Sapi, dan Pondok Timur.
“Harga merpati kelas rumahan dari Rp 100 ribu-150 ribu per pasang,” ucapnya.
Untuk pakan 45 pasang burung merpati dagangannya, Mangkus mengaku mengeluarkan biaya sebesar Rp 12 ribu per hari untuk 2 Kg jagung.
“Untuk satu bulan, paling satu karung jagung, itu pun sudah diirit-irit,” jelasnya.
Ia menjelaskan, mayoritas pedagang burung merpati mengalami penurunan omset setiap musim hujan. Namun kerugian terparah dialami pedagang saat pandemi melanda.
Tinggalkan Balasan